Jakarta -Posisi Thailand sebagai bagian dari ASEAN cukup
strategis bagi Indonesia dari sisi perdagangan, investasi maupun
pariwisata dan lainnya. Permasalahan memanasnya suhu politik yang
terjadi beberapa tahun terakhir di Negeri Gajah Putih itu, hingga adanya
kudeta, berpotensi mempengaruhi dampak ekonomi kedua negara.
Wakil
Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani mengatakan
pasca kudeta di Thailand memang belum ada laporan resmi dari dunia
usaha di dalam negeri terkait terganggunya kegiatan bisnis mereka. Namun
secara tak langsung, memanasnya politik akan berdampak bagi ekonomi
Thailand.
Franky mengakui posisi Thailand cukup strategis dari
sisi perdagangan dengan Indonesia, beberapa produk utama, Indonesia
masih harus impor, mulai dari produk otomotif hingga produk pangan.
Sehingga jika terjadi sesuatu gangguan di Thailand, seperti masalah
politik hingga bencana alam seperti banjir, secara langsung berdampak
bagi Indonesia.
"Sekarang ini dampak langsung belum, tapi saya
mau kasih contoh saat banjir besar lalu melanda Thailand, dampaknya
mobil Thailand masuk Indonesia terhambat. Ekspor kita ke sana juga
terhambat," kata Franky kepada detikFinance, Senin (26/5/2014)
Catatan
ekspor impor Thailand dan Indonesia selama ini, Thailand lebih dominan
alias Indonesia masih defisit perdagangan. Misalnya perdagangan
bilateral Thailand dan Indonesia pada periode Januari – November 2013
tercatat sebesar US$ 17,7 miliar, lalu nilai ekspor Thailand ke
Indonesia mencapai US$ 10,2 miliar juta, sementara nilai impor Thailand
dari Indonesia hanya US$ 7,4 miliar.
Sebagai pembanding, pada
2013 ekspor hasil industri Indonesia ke negara-negara ASEAN US$ 41,8
miliar atau 22% dari total ekspor Indonesia secara keseluruhan ke
seluruh dunia. Sedangkan impor dari negara-negara ASEAN sebesar US$ 53,8
miliar atau 28% dari total impor dari seluruh dunia.
"Posisi Thailand ya sangat strategis bagi Indonesia," katanya
Ia menambahkan, krisis politik di Thailand yang berdampak langsung buat
Indonesia antaralain secara berurutan yaitu sektor pariwisata.
Pariwisata Indonesia berpotensi mendapat limpahan para turis yang
sebelumnya akan ke Thailand, bisa mengalihkan tujuannya ke negara-negara
ASEAN lainnya seperti Indonesia.
"Yang diuntungkan dengan turis yang datang ke Indonesia," katanya.
Dampak
lainnya sektor perdagangan, kedua negara sama-sama saling membutuhkan
produk-produk yang dipasarkan. Misalnya, selain Indonesia mengimpor
mobil dan motor, Indonesia juga mampu ekspor produk otomotif, antaralain
Toyota berhasil mengekspor komponen silinder head ke Thailand sebesar
39.757 unit di kuartal I-2014.
Namun dari sisi pangan, Indonesia
cukup bergantung dengan Thailand. Misalnya selain beras, Indonesia juga
harus impor gula, antaralain. belum lama ini Perum Bulog telah
merealisasikan impor gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi rumah
tangga, dari Thailand sebesar 27.000 ton atau 8,2% dari izin yang
diberikan 328.000 ton.
Thailand mengungguli Indonesia dalam 12
sektor produk di antaranya makanan segar, makanan olahan, tekstil,
kimia, produk kulit, manufaktur dasar, mesin non elektronika, IT dan
customer elektronik, komponen elektronik, peralatan transportasi,
pakaian, dan lain-lain dan manufaktur.
Selain itu, di bidang
Investasi, meski krisis politik di Thailand sudah berlangsung lama,
namun masuknya militer ke pusaran politik Thailand secara langsung
membuat khawatir investor yang ingin menghendaki kestabilan terutama
politik.
"Investor ke Thailand meragukan stabilitas politiknya Thailand," katanya.
Franky
tak memungkiri adanya puncak kemelut politik Thailand dengan proses
kudeta militer, berpeluang investasi di Negeri Gajah putih itu bakal
bergeser ke negara-negara tetangga termasuk Indonesia. Namun Franky tak
yakin 'migrasi' investasi itu bakal masuk ke Indonesia secara
signifikan.
"Cuma selain Indonesia, investor ada tempat lain yang lebih menarik seperti Vietnam dan Myanmar," katanya.
Suhendra - detikfinance
No comments:
Post a Comment