"Kami melihat kedalaman pasar keuangan Indonesia lebih tertinggal dibanding negara lain. Nilai ekspor kita memang menanjak setiap tahun dari US$ 6 miliar per bulan pada 2006 menjadi US$ 16 miliar pada tahun ini. Tetapi volume valas yang kita dapatkan hanya US$ 5 miliar per hari atau setengah dari Malaysia dan Thailand. Padahal transaksi ekonomi Indonesia di kawasan ASEAN memegang 45%," jelas Agus saat menjadi pembicara utama Market Code of Conduct Indonesia di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (26/05/2014).
Acara juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting pelaku pasar keuangan Indonesia antara lain Ketua Task Force Pendalaman Pasar Trina Wilda Suparyono, Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nurhaida, dan Deputi Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara.
Agus menambahkan Singapura masih menjadi negara dengan pendapatan devisa terbesar di kawasan Asia Tenggara. Setiap hari, Singapura mampu meraup dolar hingga US$ 230 miliar.
"Singapura masih yang tertinggi dengan pendapatan devisa US$ 230 miliar per hari, tetapi kita hanya mendapatkan US$ 5 miliar. Jadi sudah harus menjadi komitmen kita untuk meningkatkan transaksi devisa," tegasnya.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendongkrak pendapatan devisa. Seperti melakukan perbaikan secara menyeluruh mulai dari sistem, regulasi, dan instrumen agar timbul trust (kepercayaan) negara lain terhadap Indonesia. Dengan begitu, nilai transaksi devisa Indonesia 2 hingga 3 tahun mendatang bisa meningkat hingga 3 kali lipat.
"Jumlah transaksi devisa yang begitu rendah tentu harus ditingkatkan. Indonesia dinaikan 3 kali lipat itu bukan sesuatu yang sulit seharusnya, bisa dalam jangka waktu 2-3 tahun. Untuk bisa meningkatkan ini perlu pemikiran dan human capital yang memang punya nilai dan skill yang baik. Kemudian dibutuhkan sistem, regulasi, dan instrumen," jelas Agus.
Sumber detik.com
(wij/hds)
No comments:
Post a Comment