Pengertian Pendapatan Nasional
Menurut lipsey dan steiner mendefinisikan pendapatan
nasional sebagai nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh pelaku
ekonomi dalam suatu Negara dalam satu tahun. Nilai yan dimaksud dalam
perhitungan pendapatan nasional adalah nilai jual, dengan sendirinya termasuk
pajak yang timbul atas transaksi penjualan barang atau jasa tersebut.
Pendapatan nasional dapat juga disebut dengan produk nasional. Produk nasional
mengindikasikan nilai jual dari seluruh produk yang dihasilkan, sedangkan
pendapatan nasional mengindikasikan jumlah yang dibayarkan oleh seluruh pelaku
ekonomi untuk menhasilkan produk tersebut. Sedangkan menurut badan pusat
statistic (BPS) pendapatan nasional adalah pendapatan bersih seluruh warga
negara dari suatu Negara dalam satu tahun. (Pusdiklatwas
BPKP, 2007)
Pendapatan nasional atau produk nasional adalah
istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep
pendapatan nasional dikenal istilah produk nasional bruto (PNB) yaitu seluruh
produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dalam
suatu tahun tertentu dan Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu seluruh produk yang
dihasilkan oleh faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang
asing dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu. Dengan semakin terbukanya
situasi perekonomian dunia, maka konsep PDB lebih umum dipakai dalam
penghitungan pendapatan nasional. (Sadono Sukirno, 2004)
Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan produksi
Pendekatan hasil produksi atau product approach.
Cara menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah dengan cara
mengumpulkan data tentang hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk suatu
periode tertentu dari semua unit-unit produksi yang menghasilkan barang-barang
dan jasa-jasa tersebut. Semua nilai hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa
tersebut dijumlahkan.
2.Pendekatan pendapatan
Perhitungan pendapatan nasional dengan cara ini
menghitung pendapatan nasional dari pendekatan pengembalian atas faktor
produksi yang dimiliki masyarakat dalam bentuk seperti upah, sewa, bunga dan
keuntungan.
Perhitungannya sebagai berikut :
NI = upah + sewa + bunga + keuntungan
NNP = NI + pajak tidak langsung
GNP = NNP + Depresiasi
Hal yang perlu diingat dalam pendekatan ini adalah
bahwa bunga yang digunakan adalah bunga neto, yaitu bunga atas pinjaman yang
digunakan untuk kegiatan yang produktif. Bunga atas pinjaman yang bersifat konsumtif
seperti bunga atas kredit kendaraan pribadi dan pinjaman pemerintah yang kerap
kali digunakan untuk tujuan lain seperti subsidi dan membayar pensiun pegawai
tidak diperhitungkan dalam pendapatan nasional.
3.Pendekatan pengeluaran
Cara ini dilakukan dengan menghitung besarnya
pendapatan nasional dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh
keempat sektor dalam perekonomian yaitu sektor konsumen, sektor perusahaan,
sektor pemerintah dan sektor perdagangan luar negeri. Pendekatan pengeluaran
disebut juga pendekatan penggunaan atau end-use approach atau penggunaan akhir
dari pendapatan nasional, yaitu apakah untuk konsumsi, untuk investasi, untuk
kebutuhan pemerintah ataukah untuk dipasarkan keluar negeri. (Sadono Sukirno,
2004)
Kelemahan dari perhitungan pendapatan nasional
dengan pendekatan ini adalah adanya kemungkinan untuk terjadinya perhitungan
ganda. Perhitungan ganda terjadi karena suatu barang sering kali sebelum
menjadi barang jadi harus mengalami beberapa kali proses produksi. Akibatnya
barang tersebut diperjualbelikan beberapa kali di pasar sebelum barang tersebut
selesai diproduksi. Untuk perhitungan dengan cara ini perlu diingat bahwa
pengeluaran/konsumsi baik yang dilakukan oleh konsumen rumah tangga maupun pemerintah
dalam bentuk investasi seperti membeli asuransi, mengirim uang ke orang tua
(rumah tangga) dan pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur, subsidi,
pemberian beasiswa (pemerintah) tidak diikut-sertakan dalam perhitungan di atas
karena pengeluaran tersebut bukanlah untuk membeli barang dan jasa yang
dihasilkan dalam perekonomian.
Dari ketiga model pendekatan tersebut, pendekatan
pengeluaran merupakan model yang paling sering dipakai untuk mengukur tingkat
pendapatan nasional suatu negara. Dengan pendekatan pengeluaran dapat diketahui
tingkat kegiatan ekonomi, yaitu sampai di mana kompleksnya permasalahan ekonomi
yang dihadapi atau seberapa tinggi prestasi perekonomian yang dicapai.
Hierarki Perhitungan Pendapatan Nasional
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan
pendapatan nasional yaitu Gross Domestic Product (GDP), Gross National Product
(GNP) dan Net National Product (NNP).
1. GDP
(Gross Domestic product)
GDP
adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua warga Negara
yang berada di Negara tersebut baik warga Negara asli maupun warga Negara asing
(akan tetapi tidak termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga Negara
tersebut di Negara lain). Ada juga yang menyebutkan bahwa GDP adalah jumlah
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam
batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk
juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi diwilayah yang bersangkutan. Sehingga GDP diartikan sebagai nilai
keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut
dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). GDP berbeda dari produk
nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga GDP hanya menghitung total produksi
dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan
memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. GDP Nominal (atau disebut GDP
Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai GDP tanpa memperhatikan pengaruh
harga. Sedangkan GDP riil (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Konstan)
mengoreksi angka GDP nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. Secara teori,
GDP dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang
sama. Namun karena dalam praktek menghitung GDP dengan pendekatan pendapatan
sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan
pengeluaran. Produk domestik bruto ini digunakan untuk pengeluaran konsumsi,
pembentukan modal, dan ekspor. Konsumsi dibedakan lagi menjadi konsumsi
pemerintahan dan konsumsi rumah tangga. Ada dua cara untuk melihat statistik
ini yaitu melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam
perekonomian dan GDP sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa
dalam perekonomian (Mankiw, 2003).
Komponen GDP
Berdasarkan GDP sebagai pengeluaran total atas
output barang dan jasa dalam perekonomian, maka GDP dibagi menjadi empat
kelompok pengeluaran, yaitu: konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor bersih, maka:
GDP = CON + INV + GEX + NX
GDP adalah jumlah konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan ekspor bersih. Konsumsi (CON) adalah seluruh barang dan jasa
yang dibeli rumah tangga. Investasi (INV) adalah barang-barang yang dibeli
untuk penggunaan masa yang akan datang. Pengeluaran pemerintah (GEX) adalah
barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat dan daerah. Ekspor netto (NX)
adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi nilai
barang dan jasa yang diimpor dari negara lain.
Konsumsi
Keputusan konsumsi sangat penting dalam menentukan
permintaan agregat. Konsumsi merupakan duapertiga dari GDP, sehingga fluktuasi
konsumsi merupakan elemen penting dari booming dan resesi ekonomi. Teori
konsumsi yang diajukan oleh Keynes merupakan salah satu teori yang menjadi
dasar teori ekonomi makro. Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan
determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan yang
penting. Estimasi ini berlawanan dengan teori klasik yang menyatakan bahwa
tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung dan
menghambat konsumsi. Fungsi konsumsi Keynes adalah sebagai berikut (Mankiw,
2003):
CON = a + b DIC ; a > 0 dan 0< b < 1
dimana :
CON = konsumsi
DIC = pendapatan disposibel
a = konstanta
b = kecenderungan mengkonsumsi marjinal.
Fungsi konsumsi ini menunjukkan kecenderungan
mengkonsumsi marjinal (perubahan jumlah yang dikonsumsi pada setiap perubahan
pendapatan = DCON/DDIC) adalah antara nol dan satu, sehingga pendapatan yang
tinggi akan menyebabkan konsumsi meningkat dan tabungan juga meningkat.
Artinya, ketika seseorang menerima pendapatan ekstra, maka sebagian dari
pendapatan tersebut akan dikonsumsi dan sebagian akan ditabung.
Investasi
Investasi merupakan unsur GDP yang paling sering
berubah. Ketika pengeluaran barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar
dari penurunan itu berkaitan dengan turunnya pengeluaran investasi. Perilaku
investasi didasarkan dengan asumsi bahwa investor akan berperilaku
memaksimumkan nilai kini (present value) dari manfaat finansial dari kegiatan
investasi yang tersedia. Pengeluaran investasi sangat tergantung pada tingkat
suku bunga, dimana I = I(r). Tingkat investasi yang diinginkan atau
direncanakan akan meningkat jika tingkat suku bunga turun. Kondisi ini
disebabkan oleh tingkat bunga yang rendah menurunkan biaya modal, maka untuk
memiliki barangbarang modal menjadi menguntungkan. (Mankiw, 2003).
Sumber biaya
investasi di Indonesia terdiri atas investasi pemerintah, investasi swasta
domestik (PMDN), investasi swasta asing (PMA) dan investasi masyarakat
(non-fasilitas). Pengeluaran investasi pemerintah secara langsung dipengaruhi
oleh penerimaan pemerintah. Penerimaan pemerintah diutamakan untuk membiayai
pengeluaran rutin pemerintah yang mencakup konsumsi pemerintah dan pembayaran
bunga dan cicilan hutang luar negeri. Oleh karena itu pembiayaan defisit
anggaran pemerintah merupakam pembiayaan investasi pemerintah. Penerimaan
pemerintah bersumber dari ekspor migas, pajak dan pinjaman luar negeri
Investasi swasta asing merupakan sumber pembiayaan investasi dibanyak negara
berkembang. Kondisi ini terutama disebabkan karena pada negara-negara berkembang
seperti Indonesia, kemampuan menabung masih rendah. Sehingga sumber investasi
asing menjadi alternatif yang tersedia untuk memenuhi target investasi. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan mengalirnya investasi asing dari negara asal
ke negara tujuan, antara lain ketersediaan bahan baku, besarnya pasar (market
size), harga bahan baku termasuk upah, suku bunga, dan nilai tukar. Dalam
meningkatkan investasi dalam negeri, bank memiliki peran penting dalam
mengalokasikan sumber dana, dimana bank bertindak sebagai perantara antara
orang-orang yang ingin menabung dan orang-orang yang memiliki proyek investasi
yang menguntungkan tetapi memerlukan dana .Berdasarkan pemikiran tersebut, perilaku investasi di Indonesia dirumuskan
sebagai berikut :
INV = f ( SB, NTK, GDP, UMR)
dimana:
INV = total investasi
SB = suku bunga
NTK = nilai tukar
GDP = pendapatan nasional
UMR = upah minimum
(Mankiw, 2003)
Pengeluaran Pemerintah
Pada dasarnya setiap pengeluaran negara dilakukan
atas landasan prinsip optimalisasi pemanfaatan dana untuk mencapai
sasaran-sasaran yang ditetapkan. Pengeluaran pemerintah harus mampu mencapai
beberapa sasaran, seperti peningkatan produktivitas kerja aparatur pemerintah,
perluasan jangkauan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan serta terpeliharanya berbagai
aset negara dan hasil pembangunan. Pengeluaran pemerintah (Government
Expenditure) adalah pengeluaran
oleh pemerintah untuk membeli barang dan jasa.
Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi
pemerintahan atau pengeluaran rutin dan sebagian lainnya untuk membiayai
kegiatan-kegiatan pembangunan atau pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin
pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan,
belanja perjalanan dinas, angsuran pinjaman/hutang dan bunga, ganjaran subsidi
dan sumbangan pada daerah, pensiun dan bantuan, pengeluaran yang tidak termasuk
bagian lain, dan pengeluaran tak terduga.
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk membiayai proses perubahan, yang merupakan kemajuan dan
perbaikan menuju kearah yang ingin dicapai. Umumnya biaya pembangunan tersebut
diprogramkan dalam Daftar Isian Proyek (DIP). Pengeluaran pembangunan semuanya
diprogramkan dalam berbagai proyek di setiap sektor dan sub sektor. Pengeluaran
pembangunan tersebut dialokasikan ke berbagai sektor sesuai dengan urutan
prioritas dan kebijakan pembangunan (Pakasi, 2005).
Ekspor Bersih
Pada perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara
dalam satu tahun tidak perlu sama dengan yang mereka hasilkan dari memproduksi
barang dan jasa. Suatu negara dapat melakukan pengeluaran yang lebih banyak
daripada memproduksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau dapat melakukan
pengeluaran yang lebih sedikit dari produksinya dan memberi pinjaman kepada
negara lain. Ekspor bersih memperhitungkan perdagangan dengan negara lain.
Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain
dikurangi nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain (Mankiw, 2003)
Pengeluaran output dalam perekonomian terbuka
terdiri atas empat komponen yaitu: konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah
dan ekspor atas barang dan jasa domestik. Tiga komponen pertama adalah
pengeluaran domestic untuk barang dan jasa domestik. Komponen keempat (EX)
adalah pengeluaran luar negeri untuk barang dan jasa dometik. Jumlah
pengeluaran domestik untuk barang dan jasa luar negeri adalah pengeluaran untuk
impor (IM). Dengan demikian ekspor bersih adalah:
NX = GDP – ( CON + INV + GEX )
Persamaan ini menunjukkan bahwa ekspor bersih adalah
pengurangan antara output dan pengeluaran domestik. Jika output melebihi
pengeluaran domestik, maka ekspor bersih adalah positif. Artinya kita
mengekspor perbedaan tersebut. Jika output lebih kecil dari pengeluaran
domestik, kita mengimpor perbedaan tersebut, dan ekspor bersih adalah negatif
(Mankiw, 2003).
Formula GDP
GDP (Gross Domestic product) dihitung dengan cara
menjumlahkan semua hasil dari warga negara yang bersangkutan di dalam negeri
ditambah warga negara asing yang bekerja di negara yang bersangkutan. GDP dapat
dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan.
Rumus umum untuk GDP dengan pendekatan pengeluaran
adalah :
GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah
+ ekspor – impor
Y=C+I+G+(X-M)
Y= GDB (Pendapatan Nasional)
C= Pengeluaran Konsumsi
I= Pengeluaran Investasi
X-M= Ekspor Netto
Fungsi Konsumsi:
C= a + bYd
Yd= Y-Tx+Tr
a= Besarnya konsumsi minimum (konsumsi Otonom)
b= Perubahan konsumsi sebagai akibat adanya
perubahan Yd
Tx= Tax Revenous
Fungsi Tabungan:
S = Yd – C
S = Yd – (a + bYd
S = Yd – a – bYd
S = Yd – bYd-a
S= -a +(1-b)Yd
-a = Dissaving (utang) (Drs.Samsubar Saleh,M.Soc.Sc., 2011)
Rumus umum untuk GDP dengan pendekatan pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
GDP = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor
produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik
modal, dan laba untuk pengusaha.
Keseimbangan pendapatan nasional adalah suatu
keadaan di mana keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaan yang
digambarkan oleh pengeluaran agregat atau permintaan agregat adalah sama dengan
penawaran agregat yaitu keinginan para pengusaha untuk memproduksi barang dan
jasa. Keseimbangan Pendapatan Nasional terjadi ketika pengeluaran agregat sama
dengan penawaran agregat atau AE=C+I+G+X-M. Selain itu Keseimbangan pendapatan
nasional juga dapat dicari dengan pendekatan bocoran dan suntikan aliran dana
dalam pendapatan nasional. Keseimbangan terjadi ketika bocoran dalam pendapatan
nasional yang terdiri dari: Saving(S), Tax (T) dan Impor (M) sama dengan
suntikan yang terdiri dari: Investasi (I), Pengeluaran pemerintah (G) dan
Ekspor (X)
(Sadono Sukirno, 2004)
Contoh Perhitungan GDP
Contoh soal 1 :
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
sebesar 54.600,3. pengeluaran konsumsi pemerintah 11.423,7. pembentukan modal
tetap domestik bruto 19.613,5. perubahan stock 8.851,1. Ekspor barang dan jasa
21.764,7. Impor barang dan jasa 20.186,9. Berapa produk domestik bruto?
Diketahui: C =
54.600,3
G =
11.423,7
I = 19.613,5+8.851,1= 28.464,6
X =
21.764,7
M =
20.186,9
Ditanya: Y?
Jawab: Y
= C+I+G+(X-M)
Y =
54.600,3+28.464,6+11.423,7+(21.764,7-20.186,9)
Y =
96.066,4
(Suparmoko,2000)
Contoh Soal 2: (Soal olimpiade sains kabupaten (OSK)
ekonomi 2006)
Suatu negara mempunyai data pendapatan nasional
sebagai berikut :
Konsumsi masyarakat
Rp. 90.000.000
Pendapatan laba usaha Rp.
20.000.000
Pengeluaran Negara Rp.130.000.000
Pendapatan sewa Rp.
40.000.000
Pengeluaran investasi Rp.
50.000.000
Ekspor Rp. 15.000.000
Impor Rp. 20.000.000
dari diatas hitunglah pendapatan nasional dengan
pendekatan pengeluara
Jawab : Rumus Pendapatan nasional dengan pendekatan nasional :
Y = C + I + G + (X – M)
Y = 90.000.000 + 50.000.000 + 130.000.000 +
(15.000.000 – 20.000.000)
Y = 270.000.000 – 5.000.000.
Y = 265.000.000
Jadi jumlah pendapatan nasional dengan menggunakan
pendekatan pengeluaran adalah Rp. 265 Juta.
Contoh Soal ketiga : (Soal Olimpiade Sains Kabupaten
(OSK) Ekonomi 2008)
Data for the calculation of national income shall be
as follows :
- Goverment Expenditure $ 110.500
- Wages $ 85.000
- Society expenditure $ 240.400
- Interest
$ 75.200
- Export
$ 45.200
- Rent
$ 90.000
- Investment
$ 120.000
- Import
$
40.000
- Profit
$ 90.800
From data above mount of national income with income
approach is
Jawab :
pada soal diatas yang ditanyakan adalah jumlah
pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan. adapun rumus pendekatan
pendapatan adalah sebagai berikut :
Y = r + w + i + p
Y = 90.000 + 85.000 + 75.200 + 90.800
Y = 341.000
Jadi dengan menggunakan metode pendapatan, diperoleh
nilai pendapatan nasioan sebesar $ 341.000
2.GNP
(Gross National Product)
GNP merupakan pendapatan nasional yang dihitung
dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warganegara asing yang berdomisili
di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang hanya
dihasilkan oleh orang yang berkewarganegaraan negara tersebut saja. Dalam
perhitungan, istilah ini lebih sering digunakan karena dapat menggambarkan
dengan jelas prestasi ekonomi negara yang bersangkutan tanpa pengaruh dari
pihak asing (dalam bentuk penanaman modal asing). Dimana GNP dapat digunakan
sebagai indikasi perekonomian suatu negara.
Akan tetapi, Indikator tersebut juga mempunyai kelemahan yaitu Tidak
memperhitungkan kegiatan produksi yang bersifat mikro seperti kegiatan rumah
tangga, Tidak dapat memperhitungkan kegiatan ekonomi bawah tanah (underground
enocomy activities) seperti penghindaran pajak, penyelundupan dan bisnis ilegal
lainnya, GNP tidak memperhitungkan nilai dari aktivitas rekreasi, GNP tidak
memperhitungkan perubahan kualitas dari barang dan jasa, GNP tidak
memperhitungkan biaya polusi dan biaya yang timbul akibat kerusakan lingkungan
Formula
Gross Nasional Product (GNP) atau Produk Nasional
Bruto (PNB) adalah seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
warga negara suatu negara tertentu biasanya dalam satu tahun.
Rumus : GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
Contoh Menghitung GNP
Diketahui: GDP sebesar 96.066,4. Pendapatan netto
terhadap luar negeri dari faktor produksi adalah 3.677,1. Berapakah Gross
Nasional Product (GNP)
Jawab: GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
GNP = 96.066,4 - 3.677,1 = 92.389,3
(Suparmoko,2000)
NNP (Net National Product)
• Konsep NNP
Net National Product (NNP) atau Produk Nasional
Bersih adalah seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
suatu negara dalam periode tertentu biasanya satu tahun, setelah dikurangi
penyusutan dan barang pengganti modal. NNP oleh banyak orang dianggap lebih
tepat untuk menggambarkan kondisi perekonomian nasional karena mengeluarkan
faktor penggantian modal (depresiasi) dalam perhitungannya. Jadi Pendapatan
Nasional Neto (NNP) adalah pendapatan nasional yang hanya memperhitungkan
investasi neto (nilai investasi bersih setelah dikurangi depresiasi dari aktiva
investasi)
• Formula NNP
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan
(depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus : NNP = GNP - (penyusutan + barang pengganti
modal)
•
Menghitung NNP
Diketahui: gross national product sebesar 92.389,3.
Pajak tak langsung neto sebesar 2.926,0. Penyusutan sebesar 4.768,9. Berapakah
nilai net national product (NNP)?
Jawab: NNP = GNP - (penyusutan + barang pengganti
modal)
NNP = 92.389,3 – (4.768,9 + 2.926,0)
NNP =
84.694,4
(Suparmoko,2000)
B. THE
UNEMPLOYMENT RATE
a. Angkatan
Kerja
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain
seperti sekolah dan mengurus rumahtangga. Secara praktis pengertian tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Tujuan pemilihan
batas umur adalah agar defenisi yang diberikan dapat menggambarkan kenyataan
yang sebenarnya. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi
tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda. Batasan umur yang
digunakan di Indonesia saat ini adalah 10 tahun ke atas.
(Arfida, 2003)
Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Secara umum pengukuran
ketenagakerjaan dapat didekati dengan dua cara, yaitu : (1) gainful worker
approach dan (2) labour force apppoach. Dalam gainful worker approach,
seseorang yang dikategorikan tenaga
kerja akan ditanyakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam kurun waktu
tertentu. Seseorang yang biasanya sekolah, tetapi saat survey sedang mencari
pekerjaan, maka gainful worker approach akan dimasukkan dalam kategori sekolah
Maka informasi mengenai pengangguran banyak yang hilang.
(Mantra, 1995)
b. Konsep
Angkatan Kerja
Konsep angkatan kerja yang digunakan di Indonesia
dalam pengumpulan data ketenagakerjaan adalah labor force apppoach yang
disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi
penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan
penduduk bukan usia kerja (bukan tenaga kerja). Selanjutnya penduduk penduduk
usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang
sedang dilakukan, yaitu kelompok
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (BPS, 1998).
Berkaitan dengan konsep tersebut, penduduk yang
digolongkan pada kelompok angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yaitu 15 tahun
ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang digolongkan bukan angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lain.
Prof. Soemitro Djojohadikusumo mendefinisikan
angkatan kerja (labor force) sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai
pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang
produktif. dan bukan pekerja atau pengangguran (unemployed). Pekerja adalah
penduduk angkatan kerja yang benar-benar mendapat pekerjaan penuh, sedangkan
pengangguran adalah penduduk usia kerja tetapi belum mendapatkan kesempatan
bekerja. Pekerja (employed) sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu pekerja penuh
(full employed) dan pekerja setengah pengangguran (underemployed). Pekerja
penuh adalah angkatan kerja yang sudah memenuhi syarat sebagai pekerja penuh
yaitu jam kerja minimal 40 jam per minggu, dan bekerja sesuai dengan keahlian
atau berdasarkan pendidikan. Sedangkan setengah pengangguran adalah pekerja
yang tidak memenuhi jam kerja minimal sehingga pendapatannya juga di bawah
standar minimal. Pekerja seperti ini tingkat produktivitasnya rendah karena
mereka bekerja bukan pada bidang keahliannya dan tidak sesuai latar belakang
pendidikannya.
Misalnya, sarjana yang bekerja sebagai tukang antar
koran di pagi hari. Kelompok angkatan kerja bukan pekerja atau pengangguran
(unemployed) ini dikelompokkan lagi menurut sifat dan penyebabnya, yaitu
sebagai berikut.
1. Pengangguran berdasarkan sifatnya ada tiga macam,
yaitu sebagai berikut.
- Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
- Setengah pengangguran, adalah tenaga kerja yang bekerja tidak optimum dilihat dari jam kerja. Dengan kata lain, jam kerjanya dalam satu minggu kurang dari 40 jam.
- Pengangguran terselubung, adalah tenaga kerja yang bekerja secara tidak optimum karena kelebihan tenaga kerja. Misalnya seorang petani yang menggarap sawah sebenarnya cukup dikerjakan oleh satu orang, tetapi karena anaknya tidak punya pekerjaan maka ia ikut menggarap tanah tersebut. Dalam hal ini anak petani tersebut termasuk pengangguran terselubung.
2. Pengangguran berdasarkan penyebabnya dibedakan
menjadi berikut ini.
- Pengangguran siklis atau karena siklus konjungtur, yaitu pengangguran yang terjadi akibat gelombang konjungtur atau perubahan naik turunnya gelombang ekonomi. Misalnya, pengangguran karena PHK massal akibat resesi ekonomi
- Pengangguran friksi atau pengangguran sementara, yaitu pengangguran sementara waktu. Misalnya, seseorang yang sedang menunggu waktu panggilan mulai kerja.
- Pengangguran teknologi, yaitu pengangguran akibat perubahan teknologi seperti teknologi manual menjadi teknologi elektronik. Misalnya, seseorang yang tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan untuk menggunakan komputer maka dengan sendirinya ia akan digantikan oleh karyawan lain yang mampu menggunakan komputer.
- Pengangguran musiman, yaitu pengangguran akibat perubahan musim atau kegagalan musim. Misalnya, petani menganggur karena musim paceklik, nelayan menganggur karena musim badai.
- Pengangguran voluntary, yaitu pengangguran yang terjadi karena seseorang yang masih mampu bekerja tetapi dengan sukarela ia tidak bekerja karena telah memiliki penghasilan dari harta kekayaan mereka. Misalnya: menyewakan rumah, kendaraan, dan menikmati bunga uang simpanan.
- Pengangguran struktural, yaitu pengangguran karena perubahan struktur ekonomi. Misalnya, negara agraris yang berubah menjadi Negara industri, lahan-lahan pertanian digunakan untuk pabrik sedangkan tenaga kerjanya belum mempunyai keterampilan di sektor industri. Uraian di atas apabila diterjemahkan dalam bentuk bagan akan tampak seperti berikut.
c. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja atau permintaan tenaga kerja
merupakan banyaknya orang yang bekerja pada berbagai sektor perekonomian, baik
sektor pertanian, industri maupun jasa. Permintaan tenaga kerja merupakan
permintaan turunan (derived demand), artinya permintaan tenaga kerja oleh suatu
perusahaan tergantung pada permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut. (Bellante dan Jackson, 1983)
d. Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah makroekonomi yang
mempengaruhi manusia secara langsung dan yang paling berat. Lucas dalam Romer
(1996) menyatakan bahwa pengangguran disebabkan kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh pekerja dan pengusaha. Pekerja membuat kesalahan mengenai upah riil dan
melepas pekerjaannya atau menolak pekerjaan yang ditawarkan karena upah yang
terlalu rendah. Pengusaha juga membuat kesalahan tentang permintaan dan
kadang-kadang memproduksi dalam jumlah yang terlalu kecil dan sedikit
mempekerjakan pekerja. Oleh karena manusia merupakan makhluk yang rasional,
yang melihat ke depan dalam membuat pengharapan, kesalahan akan diperbaiki
dengan segera dan pengangguran akan hilang. Pengangguran terjadi akibat dari
kurangnya permintaan tenaga kerja dalam perekonomian dibandingkan jumlah
pekerja yang menawarkan tenaga kerjanya, pada tingkat upah dan harga yang
sedang berlaku. Meskipun demikian, terbuka kemungkinan bagi tingkat permintaan
keseluruhannya mencapai taraf cukup tinggi untuk memberikan kesempatan kerja
bagi seluruh angkatan kerja, tetapi bagi sejumlah besar pekerja berada dalam
keadaan menganggur. Para pekerja ini dapat digolongkan sebagai penganggur yang
bersifat friksional maupun structural.(Bellante
dan Jackson, 1990).
Pengangguran friksional merupakan pengangguran yang
disebabkan oleh adanya ketidaklancaran dalam proses bertemunya penawaran dan
permintaan tenaga kerja. Penyebab dari ketidaklancaran ini adalah karena tempat
dan waktu. Pengangguran struktural terjadi akibat perubahan dominasi peranan
ekonomi setiap sektor dalam kegiatan produksi maupun dalam pemberian kesempatan
kerja. Banyak aspek pekerjaan yang mempunyai tuntutan atau persyaratan yang belum
tentu dapat dipenuhi oleh penawaran tenaga kerja dari sektor atau subsector
lain. Pengangguran dapat juga disebabkan oleh kurangnya permintaan agregat.
Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan
investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan
kerja. Bila permintaan terhadap barang dan jasa lesu, maka akan menimbulkan
kelesuan pada permintaan tenaga kerja, yang dapat mengakibatkan terjadinya
pengangguran. Kurangnya permintaan agregat disini merupakan kondisi dalam
jangka panjang. Profil yang perlu diketahui adalah tempat terjadinya
pengangguran menurut sektor ekonomi, baik disektor pertanian maupun manufaktur,
distribusi menurut pendidikan, jenis jabatan dan pekerjaan yang diminati, umur,
dan jenis kelamin. (Arfida, 2003)
Pengangguran merupakan salah satu masalah
ketenagakerjaan di Indonesia yang tidak pernah surut. Para penganggur akan
menjadi kelompok yang terpinggirkan, yang secara alamiah akan terbentuk McGee
sebagai protoproletariat, atau massa apung/proletriat perkotaan yang sangat
berpotensi sebagai pengganggu stabilitas negara. Beberapa faktor penyebab
masalah
pengangguran di Indonesia adalah:
- Orientasi kebijakan pembangunan ekonomi. Sistem ekonomi konglomerasi yang dijadikan sebagai engine of growth oleh Indonesia selama rezim orde baru sangat bertumpu dan mengandalkan aspek pertumbuhan. Pada saat itu perusahaan perusahaan besar tumbuh dengan pesat dan memperoleh privilege (hak istimewa) dari pemerintah. Akibatnya faktor kesempatan kerja penuh terabaikan, sehingga pengangguran semakin meningkat.
- Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia. Rendahnya perhatian pemerintah pada bidang pendidikan terlihat dari persentase pengeluaran pemerintah pada bidang tersebut. Pada sisi lain, pendidikan non formal atau pelatihan sebagai cara untuk mempersiapkan tenaga kerja siap pakai juga belum berjalan sesuai keinginan. Lembaga-lembaga pelatihan yang dikelola Depnakertrans belum mampu mengimbangi syarat-syarat edukasi yang diminta pihak pengusaha.
- Daya saing industri. Asumsinya, bila industri memiliki daya saing yang kuat, maka industri akan maju, dan kesempatan kerja akan tercipta, dan pengangguran akan tertekan serendah mungkin. Demikian pula sebaliknya. Namun demikian, daya saing industri di Indonesia masih tergolong rendah, hanya beberapa golongan industri yang memiliki daya saing tinggi, seperti industri makanan, pengolahan tembakau, industri kayu, industri perabot dan kelengkapan rumah tangga, pulp dan kertas dan industri elektronik. Sementara industri tekstil dan pakaian jadi memiliki daya saing sedang, sedangkan industri kulit dan alas kaki memiliki daya saing rendah.
- Globalisasi. Pada aspek ketenagakerjaan, aspek turunan dari globalisasi adalah persaingan bebas yang terjadi di dalam dan luar negeri. Pergerakan tenaga kerja dari satu negara ke negara lain semakin bebas, sehingga menjadi suatu tekanan bagi tenaga kerja yang tidak dapat bersaing. Pada sisi lain, bagi Indonesia dengan kondisi berlebihan tenaga kerja dan negara pengirim tenaga kerja ke luar negeri, globalisasi merupakan kesempatan untuk mengurangi penekanan dari tingginya jumlah pengangguran dan pekerja migran yang datang dari luar negeri.
No comments:
Post a Comment