Search This Blog

Sunday, June 11, 2017

BAB II PENGUKURAN OUTPUT NASIONAL DAN PENDAPATAN NASIONAL


Pembangunan Ekonomi adalah peroses meningkatkan kualitas hidup manusia dalam pembangunan ekonomi terdapat aspek-aspek penting yaitu, pertumbuhan ekonomi atau peningkatan Gross Domestik Produk dari waktu kewaktu, meningkatnya martabat diri, kebebasan untuk melakukan pilihan baik sebagai konsumen maupun produsen. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan dasar harus sesuai dengan proses pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produksi barang dan jasa dari waktu kewaktu yang juga disebut sebagai pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran kasar terhadap keberhasilan penghasilan taraf hidup suatu masyarakat yang dicerminkan oleh perkembangan GDP dari waktu kewaktu terutama bila perkembangan tersebut melebihi pertumbuhan jumlah penduduk.
Perhitungan GDP dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu metode produksi, metode pengeluaran, dan metode pendapatan. GDP yang secara konvensional dihitung melalui tiga metode tersebut dalam kenyataannya tidak mampu memperhitungkan masalah kualitas lingkungan hidup yang secara langsung berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, sekaligus cara perhitungan GDP diatas tidak mampu memasukkan berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat maupun aktivitas ekonomi yang tersembunyi.

Yang akan Anda pahami setelah mempelajari bab ini adalah:
  1. Pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran dalam menghitung pendapatan nasional.
  2. Pengertian GDP nominal dan GDP riil.
  3. GDP dan kesejahteraan sosial.
  4. Transaksi ekonomi yang tidak dihitung dalam GDP.
  5. Perbedaan GDP dan GNP.
  6. Konsep GDP Hijau (Green GDP)

Publikasi data perekonomian terbaru diberbagai media informasi yang ada banyak menyita perhatian masyarakat. Data tersebut mungkin mengukur total pendapatan masyarakat dalam perekonomian, rata-rata kenaikan harga (inflasi), persentase angkatan kerja yang tidak bekerja (tingkat pengangguran), dan sebagainya. Semua data statistika tersebut merupakan data yang dibutuhkan dalam ekonomi makro.
Angka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu masyarakat. Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) merupakan besaran yang diukur dari kenaikan pendapatan nasional (produksi nasional) pada periode tertentu dari pendapatan nasional periode sebelumnya.
Dalam bab ini kita akan membahas Gross Domestic Product (GDP), mengukur total atau jumlah GDP. GDP merupakan data yang paling diperhatikan dalam perekonomian karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat.

Perhitungan GDP (Gross Domestic Product)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final) yang diproduksi dan tidak termasuk barang yang diproduksi di masa lalu dalam sebuah negara pada suatu periode. GDP mencoba menjadi ukuran yang meliputi banyak hal, termasuk di dalamnya adalah barang-barang yang diproduksi dalam perekonomian dan dijual secara legal di pasar.
Adapun beberapa produk yang tidak disertakan dalam penghitungan GDP, yaitu produk yang diproduksi dan dijual secara illegal, barang yang sudah terpakai (barang bekas) dan transaksi surat berharga, output yang diproduksi di luar negeri oleh faktor produksi yang dimiliki dalam negeri, kegiatan yang seharusnya dikerjakan orang lain, tapi dikerjakan sendiri dan barang yang diproduksinya dikonsumsi sendiri tanpa dijual seperti ibu rumah tangga yang menjahit baju dan digunakan sendiri.
Dalam perhitungan GDP ada tiga cara melalui pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

1.  Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi merupakan penghitungan berdasarkan dari jumlah nilai (nilai = harga dikalikan dengan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan, P × Q (barang dan jasa)) barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian di suatu negara dengan periode tertentu.
Kelemahan penghitungan dengan pendekatan produksi ini adalah sering terjadinya penghitungan ganda. Penghitungan ganda terjadi jika beberapa input suatu usaha menjadi input usaha lain. Untuk menghindari terjadinya penghitungan ganda tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menghitung nilai akhir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value added). Nilai akhir suatu barang merupakan nilai barang yang siap dikonsumsi oleh konsumen terakhir, sedangkan nilai tambah merupakan selisih antara nilai suatu barang dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut. Sehingga besarnya nilai GDP dengan menghitung dari nilai akhir atau nilai tambah akan menghasilkan nilai yang sama.


Dari tabel 2.1 dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan satu galon melalui empat proses, yaitu dari pengeboran minyak, penyulingan, pengiriman, dan penjualan eceran. Diasumsikan bahwa output setiap proses merupakan input bagi proses berikutnya. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai barang akhir sama besarnya dengan nilai tambah dari setiap proses.

2.  Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan terhadap GDP menguraikan GDP ke dalam empat komponen, yaitu pendapatan nasional, depresiasi, pajak tidak langsung dikurangi subsidi, dan pembayaran faktor bersih (neto) kepada luar negeri. Atau secara matematis:

GDP = Pendapatan Nasional + Depresiasi + (Pajak Tidak Langsung – Subsidi) + Pembayaran Faktor Bersih (Neto) Kepada Luar Negeri

Pendapatan nasional merupakan pendapatan total yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara sebuah negara. Dalam pendapatan nasional ada lima komponen, yaitu (1) pendapatan karyawan yang mencakup upah dan gaji yang dibayarkan kepada rumah tangga oleh perusahaan ataupun pemerintah, dan berbagai sumbangan majikan yang diberikan berupa asuransi sosial atau dana pensiun. (2) pendapatan perusahaan perorangan merupakan pendapatan perusahaan yang bukan berbadan hukum. (3) pendapatan perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum. (4) bunga neto merupakan bunga yang dibayarkan oleh perusahaan, hal ini dikarenakan bunga yang dibayarkan rumah tangga dan pemerintah tidak mengalir dari produksi barang dan jasa. (5) pendapatan sewa merupakan pendapatan yang diterima oleh pemilik properti dalam bentuk sewa.
Depresiasi merupakan penurunan nilai suatu aktiva karena telah aus atau sudah ketinggalan jaman. Dimasukkannya depresiasi ke dalam pendekatan pendapatan dikarenakan kita akan mengukur semua pendapatan, termasuk pendapatan yang merupakan hasil dari penggantian pabrik atau peralatan yang ada.
Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea cukai, dan biaya lisensi. Pajak tidak langsung berarti pendapatan bagi pemerintah, karena pajak tidak langsung merupakan pengeluaran rumah tangga atau perusahaan yang membeli sesuatu, tapi tidak termasuk pendapatan perusahaan yang memproduksi barang tersebut. Untuk menyeimbangkan antara segi pendapatan dan pengeluaran, maka pajak tidak langsung ditambahkan di
Subsidi merupakan pembayaran yang dilakukan pemerintah tanpa mendapatkan imbalan barang atau jasa. Sehingga subsidi dikurangkan dari pendapatan nasional untuk mendapatkan GDP dan untuk menyeimbangkan segi pendapatan dan pengeluaran maka subsidi harus dikurangkan dari segi pengeluaran.
Pembayaran faktor produksi neto untuk luar negeri sama dengan pembayaran atas pendapatan faktor produksi untuk luar negeri dikurangi penerimaan pendapatan faktor produksi dari luar negeri.

3.  Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran merupakan penghitungan dengan menjumlahkan semua pengeluaran sektor ekonomi, yaitu pengeluaran dari sektor rumah tangga berupa untuk konsumsi rumah tangga, pengeluaran sektor perusahaan berupa investasi, pengeluaran sektor pemerintah berupa belanja pemerintah dan pengeluaran sektor luar negeri berupa ekspor neto (selisih antara nilai ekspor dan impor).
Hubungan antara GDP dengan disposable income (pendapatan siap pakai) adalah sebagai berikut:

 Gambar 2.1 Hubungan Antara GDP Dengan Yd (Pendapatan Disposable)




GDP Nominal dan GDP Riil
GDP nominal merupakan GDP yang mengukur nilai output yang dihasilkan berdasarkan harga-harga yang berlaku pada waktu output tersebut diproduksi.
GDP riil merupakan GDP yang mengukur nilai output yang dihasilkan pada suatu waktu dengan berdasarkan pada harga-harga tahun dasar tertentu (harga konstan).

Pada tabel 2.2 dapat kita ketahui bahwa untuk mengukur GDP riil sangat diperlukan tahun dasar dan tahun dasar tersebut sebagai bobot. Prosedur tersebut merupakan prosedur bobot tetap (fixed-weight procedure) karena bobot yang digunakan berupa harga yang sama pada semua tahun atau harga yang berlaku pada tahun dasar.

Perhitungan GDP dan Indeks Harga Konsumen
Selain ada GDP nominal dan GDP riil, ada pula GDP deflator. GDP deflator berguna untuk mengukur tingkat harga-harga saat ini relatif terhadap tingkat harga-harga di tahun pokok. GDP deflator sendiri memiliki arti sebuah ukuran tingkat harga yang dihitung sebagai perbandingan GDP nominal terhadap GDP riil dikalikan 100 atau dapat dirumuskan sebagai berikut:


GDP deflator merupakan salah satu ukuran yang digunakan oleh para ekonom untuk mengamati rata-rata tingkat harga dalam perekonomian.
Indeks harga konsumen (consumer price index – CPI) merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Perhitungan CPI selalu digunakan untuk menghitung laju inflasi. Dalam hal ini laju inflasi merupakan perubahan persentase dalam indeks harga konsumen dari jangka waktu yang sebelumnya.
Cara menghitung inflasi melalui CPI adalah sebagai berikut:
ü  Langkah pertama adalah melakukan survei terhadap konsumen untuk menentukan seberapa barang-barang yang begitu penting untuk dibeli oleh rata-rata konsumen.
ü  Langkah kedua adalah menetapkan harga setiap barang pada tiap-tiap tahun. Selanjutnnya langkah ketiga, hitung harga keseluruhan dari barang-barang tersebut tiap tahunnya. Setelah mendapatkan harga keseluruhan, maka langkah keempat adalah memilih tahun pokok dan hitung CPI tiap tahunnya.
ü  Langkah terakhir adalah menghitung laju inflasi dari tahun sebelumnya dengan menggunakan CPI yang telah kita dapatkan. Semua langkah tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 2.3


               Tabel 2.3 Menghitung Indeks Harga Konsumen (CPI)
Dari langkah kelima laju inflasi antara tahun 2000-2001 sebesar 75%. Sedangkan inflasi antara 2000-2001 sebesar 43%.

Keterbatasan Konsep GDP
Umumnya peningkatan GDP selalu dianggap baik, namun ada beberapa masalah yang muncul, bila menggunakan GDP sebagai pengukur tingkat kesejahteraan. Adanya masalah-masalah yang tidak dapat diperhitungkan di dalam konsep GDP sebagai ukuran kesejahteraan menjadi keterbatasan dalam konsep tersebut.

GDP dan Kesejahteraan Sosial
GDP yang disebut sebagai ukuran tunggal yang paling baik dari suatu kesejahteraan masyarakat. GDP bukanlah ukuran kesejahteraan yang sempurna. Bila terjadi peningkatan pada GDP kita tidak dapat menyimpulkan bahwa setiap orang lebih bahagia karena tidak menghitung waktu santai, sehingga adanya peningkatan output tiap orang mengalami kerugian akibat berkurangnya waktu santai mereka.
GDP juga tidak memasukkan nilai dari semua kegiatan yang terjadi di luar pasar. Perawatan anak yang disediakan oleh pusat perawatan termasuk dalam GDP, tapi perawatan anak yang dilakukan oleh orang tuanya di rumah tidak termasuk dalam bagian dari GDP.
GDP juga tidak memasukkan kualitas polusi dan distribusi pendapatan. Jika pemerintah tidak memperhatikan lingkungan maka GDP akan meningkat, tapi memungkinkan kesejahteraan masyarakat akan menurun dan penurunan kualitas lingkungan akan lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh. Sedangkan untuk distribusi pendapatan GDP tidak mempedulikan kesetaraan. Hal ini bila kita andaikan di mana ada 100 orang memiliki pendapatan setahunnya Rp 5.000.000, maka GDP akan bernilai Rp 500.000.000 dan GDP tiap orang sebesar Rp 5.000.000. Tapi berbeda dengan masyarakat yang di mana 10 orang yang berpenghasilan Rp 50.000.000 dan 90 orang tidak berpenghasilan.

Terdapatnya The Underground Economy (Kegiatan Ekonomi Bawah Tanah)
The Underground Economy merupakan bagian dari perekonomian di mana transaksi berlangsung tapi pendapatan yang dihasilkan tersebut tidak dihitung di dalam GDP. Adanya underground economy ini terjadi karena banyaknya transaksi yang tidak dicatat atau hilang dalam perhitungan GDP. Underground economy terbentuk karena adanya dorongan utama dari masyarakat untuk mengelak dari pajak sehingga ikut dalam perekonomian bawah tanah dan hilang dalam perhitungan GDP. Pentingnya kita mengetahui tentang underground economy karena sejauh GDP hanya mencerminkan satu sisi aktvitas perekonomian saja dan bukan ukuran lengkap atas apa yang diproduksi perekonomian, maka perhitungan GDP tersebut menyesatkan. Contoh ekstrim kegiatan ekonomi bawah tanah adalah usaha perjudian gelap, produksi dan penjualan obat-obat terlarang, perdagangan manusia, dan sebagainya.

GDP/GNP Per Kapita
Perbedaan antara GDP dengan GNP adalah perbedaan konsepnya, bila GDP menghitung pendapatan nasional berdasarkan konsep kewilayahan sedangkan GNP berdasarkan konsep kewarganegaraan. GDP atau GNP terkadang diukur dalam bentuk GDP atau GNP per kapita yang berarti GDP atau GNP negara dibagi dengan jumlah penduduknya. Sehingga GDP atau GNP per kapita menjadi ukuran tentang kesejahteraan orang secara rata-rata yang lebih baik daripada GDP atau GNP total.
Beberapa Indikator Yang Diusulkan Untuk Penyesuaian, Pengganti Dan Melengkapi Konsep GDP
Berbagai keterbatasan yang terdapat pada GDP baik sebagai pengukur kesejahteraan masyarakat maupun ketidakmampuan GDP mencerminkan kualitas lingkungan hidup serta banyaknya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang tidak tercatat dalam perhitungan GDP, telah menimbulkan banyak kritik dan usulan-usulan terhadap konsep GDP. Jika dikelompokkan terdapat 3 kelompok usulan yang mempunyai sifat:
1.      Kategori penyesuain terhadap konsep GDP sebagai konsep ekonomi yang tradisional dengan memasukkan faktor lingkungan dan sosial. Indikator yang diusulkan antara lain seperti measure economic welfare (MEW), genuine progress indicator (GPI), green GDP.
2.      Kategori yang ingin mengganti indikator dalam GDP untuk mengukur kesejahteraan masyarakat secara langsung. Dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar manusia seperti human development index atau penaksiran terhadap kepuasan rata-rata seperti happy planet index.
3.      Kategori untuk melengkapi GDP dengan menambah informasi tentang lingkungan dan sosial.

Konsep GDP Hijau (Green GDP)
GDP hijau adalah sistem akuntasi yang dikembangkan dari sistem pendapatan nasional. Dalam GDP hijau berbeda dengan perhitungan GDP biasa karena memperhitungkan sumbangan sumber daya alam terhadap pembangunan dan biaya-biaya yang disebabkan oleh adanya polusi dan degradasi lingkungan.

Dari segi metode perhitungan metode perhitungan GDP hijau secara teori dibagi menjadi 3 jenis, pertama GDP hijau diperhitungan dengan deplesi lingkungan. Kedua GDP hijau berdasarkan degradasi lingkungan. Ketiga GDP hijau diukur berdasarkan pengeluaran untuk perlindungan lingkungan. Dari 3 metode perhitungan GDP hijau tersebut metode pertama yang paling sederhana.

Secara umum perhitungan GDP hijau sebagai berikut:
GDP hijau = GDP – depresi sumber daya alam – biaya polusi
Perhitungan GDP Indonesia dengan Metode Produksi
Perhitungan GDP diIndonesia dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik untuk perhitungan GDP dengan menggunakan metode produksi kegiatan, produksi dibagi menjadi 9 lapangan usaha yang meliputi:

  1.  Masing-masing lapangan Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perkanan
  2. Pertambangan dan penggalian 
  3.  Industri pengolahan
  4. Listrik, gas dan air bersih
  5. Konstruksi
  6. Perdagangan, hotel dan restaurant
  7. Pengangkutan dan komunikasi
  8. Keuangan, real-estate dan jasa perusahaan
  9. Jasa-jasa.


usaha masih dibagi lagi dalam beberapa sub lapangan usaha. Hasil perhitungan GDP atas perhitungan harga konstan tahun 2000 untuk periode 2004-2009 tampak pada tabel berikut:

 






No comments:

Post a Comment

SOAL UAS GENAP EKONOMI MAKRO

Kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan Inflasi dan pengangguran? Jawaban Pengangguran dan inflasi merupakaan permasalahan ekonomi...