Pengangguran dan inflasi adalah dua masalah
ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua-dua masalah ekonomi itu
dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial.
Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagi kebijakan
ekonomi perlu dijalankan. Analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang
bentuk-bentuk masalah pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu perekonomian
dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah
tersebut. Di samping itu satu hal penting yang akan diuraikan dalam hal ini
adalah mengenai kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penawaran uang. Dengan
demikian pada hakikatnya akan membincangkan dua hal: pengangguran dan inflasi
yang dihadapi suatu ekonomi dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah menerangkan mengenai masalah inflasi dan
pengangguran, bagian selanjutnya akan menerangkan ketiga bentuk kebijakan pemerintah
di atas dan bagaimana masing-masing kebijakan pemerintah tersebut digunakan
untuk mengatasi masalah pengangguran dan inflasi.
PENGANGGURAN
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja
atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak mau bekerja, tidak dapat dikatakan
sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari pekerjaan (ingin bekerja), mungkin
dengan segera mendapatannya. Contoh dalam paragraf diatas merupakan pengantar
untuk membuat lebih mudah memahami konsep pengangguran (memployment).
Sebab definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak mau bekerja. Seseorang
baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari
kerja, namun tidak mendapatkannya.
Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu:
- Pendekatan angkatan kerja (Labour Force Approach), Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
- Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labour Utilization Approach)
Dalam pedekatan ini angkatan kerja dibedakan menjadi 3 kelompok:
- Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga pengangguran terbuka (Open Unemployment). Berdasrkan definisi ini, tingkat pengangguran di indonesia umumnya relatif rendah, yaitu 3%-5% per tahun.
- Setengah menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja, belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat pengangguran di indonesia relatif tinggi, karena angkanya berkisar 35% per tahun.
- Pekerja penuh (Employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
Jenis-jenis pengangguran
Namun ada beberapa jenis pengangguran yang diklasifikasikan berdasarkan latar belakang dan alasan mengapa golongan ini tidak memiliki pekerjaan. Mereka dikelompokan berdasarkan sifat dan ciri-ciri pengangguran. Dua jenis pengangguran tersebut, yakni berdasarkan jumlah jam kerja dan jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya.
Pengangguran berdasarkan jumlah jam kerja
- Pengangguran terselubung atau pengangguran tersembunyi---> Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja atau orang yang bekerja tidak maksimal karena tersedia. Contoh: seorang anak yang turut bekerja menggarap sawah. Padahal sudah ada cukup 1 orang untuk menggarap 1 sawah. Tapi karena anak tersebut tidak memiliki pekerjaan, pemilik sawah terpaksa mempekerjakan anak itu untuk membantu buruh tani yang sudah ada.
- Pengangguran terbuka ---> Pengangguran terbuka adalah orang yang sedang mencari pekerjaan, baik sebelumnya orang tesebut pernah bekerja atau baru pertama kali mencari pekerjaan. Orang yang tidak mencari pekerjaan karena pesimis juga termaksuk dalam pengangguran terbuka. Contoh: mahasiswa yang baru lulus kuliah dan sedang mencari pekerjaan untuk pertama kalinya.
- Setengah pengangguran ---> Setengah pengangguran adalah mereka yang kerja kurang dari jam kerja pada umumnya. Misalkan jam kerja normal adalah 8 jam per hari, 6 hari per minggu, maka orang yang bekerja kurang dari jam tersebut dikategorikan dalam jenis setengah pengangguran. Contoh: pekerja paruh waktu (part-time) seperti penjaga toko, pengasuh bayi, dan kurir.
Pengangguran berdasarkan penyebabnya
- Pengangguran struktural ---> Pengangguran struktural adalah tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan karena adanya perubahan struktur dalam ekonomi negara. Contoh: petani yang kehilangan pekerjaannya karena tanah garapannya diubah menjadi pabrik. Petani tersebut tidak memiliki keterampilan dalam mengoperasikan mesin pabrik dan akhirnya menjadi pengangguran struktural. Jenis pengangguran ini terjadi saat revolusi industri dan diprediksi akan terjadi lagi beberapa tahun mendatang.
- Pengangguran siklis atau konjungtural ---> Pengangguran siklis atau konjungtural adalah tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya karena keadaan ekonomi yang buruk seperti krisis moneter. Contoh: pengangguran konjungtural atau siklis terjadi pada saat tahun 1998 dimana banyak pabrik tutup karena bangkrut dan pabrik harus memecat semua karyawan. Pengangguran friksional adalah tenaga kerja yang memiliki kemampuan tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Contoh: sarjana pertanian yang menganggur karena tidak ada lapangan pekerjaan di bidang pertanian yang baik di indonesia. Mereka menganggur karena gelar atau kemampuan mereka tidak sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia.
- Pengangguran teknologi ---> Pengangguran teknologi adalah tenaga kerja yang tidak memiliki pekerjaan karena tidak memiliki kemampuan dalam mengoperasikan teknologi. Contoh: tukang pos yang sekarang tidak memiliki pekerjaan karena bertukar pesan kini lebih mudah sejak adanya teknologi berupa ponsel.
Pengangguran berdasarkan ciri-cirinya
- Pengangguran musiman ---> Pengangguran musiman adalah tenaga kerja yang harus kehilangan pekerjaan di saat-saat tertentu. Contoh: petani cengkih yang tidak bekerja selama musim hujan karena tanaman tidak dapat tumbuh subur di musim ini.
- Pengangguran terbuka ---> Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang tidak punya pekerjaan karena sempitnya lapangan kerja. Lowongan kerja yang sedikit dan pencari kerja yang banyak merupakan penyebab pengangguran terbuka. Contoh: mahasiswa yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena kesempatan atau lowongan kerja yang sedikit.
- Pengangguran voluntary ---> Pengangguran voluntary adalah orang yang tidak bekerja karena mereka sudah kaya. Contoh: anak orang kaya yang secara sukarela tidak bekerja karena memiliki puluhan rumah kontrakkan.
Cara mengatasi masalah pengangguran
- Menyediakan lowongan pekerjaan merupakan Kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan usaha terus-menerus. Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongan pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ketahun.
- Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat Kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Perkembangan ini selanjutnya akan menambah kemakmuran masyarakat. Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional, tetapi juga meningkatkan pendapatan perkapita, sehingga melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah
- Memperbaiki pembagian pendapatan Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Semakin besar pengangguran, maka semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar cenderung untuk menurunkan upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.Tujuan bersifat sosial dan politik.
- Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga Apabila kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Misalnya: keluarga tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan dan mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
- Menghindari masalah kejahatan Terdapat perkaitan yang erat di antara masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu semakin tinggi pengangguran, maka semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian, usaha mengatasi pegangguran secara tidak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.
- Mewujudkan kestabilan politik Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus-menerus. Penggangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari ketidakstabilan politik, sehingga menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah karena mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat sehingga mereka melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritikan-kritikan terhadap pemerintah.
Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
- Sumbangan produktif terhadap PDB berkurang sebab tidak menghasilkan barang dan jasa.
- Menurunkan jumlah tabungan negara, meningkatnya bantuan untuk masyarakat miskin berakibat menurunnya tabungan negara
- Mempengaruhi Jumlah Investasi
- Daya beli masyarakat yang rendah, dikarenankan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah
- Produktivitas perusahaan yang menurun, daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan produksi terhadap barang dan jasa juga rendah.
- Pendapatan pajak menurun
- Biaya sosial meningkat
- Pendapatan perkapita dan pendapatan nasional berkurang
- Penyerapan barang dan jasa yang rendah
INFLASI
Pengertian inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinuitas) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Jadi, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Penyebab inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) , kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi) dan yang ketigan adalah Inflasi Campuran (Mixed Inflation). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiscal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi tarikan permintaan ( demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Inflasi Campuran (Mixed Inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya gabungan antara tarikan permintaan dan desakan biaya.
Pengaruh Inflasi Terhadap Perekonomian
Pengaruh Inflasi Terhadap Perekonomian
1. Kegagalan Pembangunan
Inflasi yang tidak bisa teratasi atau inflasi yang sangat tinggi (hyper inflation) dapat menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan dan investasi karena adanya pembengkakan biaya, sehingga tidak sesuai dengan perencanaan pembangunan.
2. Mendorong Tingkat Suku Bunga
Ketika terjadi inflasi, semua lembaga keuangan akan meningkatkan suku bunga pinjaman agar tidak terjadi penurunan pada nilai mata uang. Tetapi disisi lain ini akan merugikan sektor usaha karena akan mengurangi minat investor untuk mengembangkan usahanya.
3. ketidakpastian Ekonomi Masa Yang Akan Datang
Inflasi yang tidak bisa dikendalikan akan menyebabkan ketidakpastian dalam kegiatan ekonomi di masa yang akan datang dan menyebabkan penurunan produktivitas dunia usaha.
4. Berkurangnya investasi
Inflasi akan berakibat pada penurunan nilai mata uang sebuah negara, sehingga akan mengakibatkan penurunan minat investor dan tabungan masyarakat.
5. Mendorong tingkat spekulatif
Para pemilik modal (investor) cenderung menyimpan kekayaannya dalam bentuk investasi spekulatif, yakni dengan membeli tanah, dollar, rumah dan barang-barang lainnya yang berharga yang dianggap akan lebih menguntungkan pada saat nanti dijual karena nilainya tidak menurun karena inflasi.
6. Defisit Neraca Pembayaran
Produk nasional yang tidak mampu bersaing dengan produk negara lain di pasar internasional yang diakibatkan karena adanya harga barang impor yang lebih murah dibandingkan harga barang dalam negeri akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan dengan ekspor. Hal ini akan mengakibatkan arus modal yang masuk ke luar negeri lebih besar dibandingkan dengan yang masuk ke dalam negeri, sehingga menyebabkan neraca pembayaran menjadi defisit dan penurunan nilai mata uang dalam negeri.
7. Daya Saing produk Nasional Nerkurang
Inflasi akan menyebabkan kenaikan biaya produksi, sehingga harga barang akan melambung tinggi, apabila harga terlalu tinggi maka akan menyulitkan produk dalam negeri dalam persaingan di pasar internasional, sehingga ekspor barang akan terhambat.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai kebijakan untuk mengelola sisi permintaan akan barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Kedua kebijakan ini menyangkut masalah pengelolaan permintaan dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian atau suatu negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga mempertahankan tingkat harga barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di atas permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian dengan menggunakan kebijakan fiskal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan mengurangi tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan moneter pemerintah dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar, atau dengan campuran dua kebijakan itu yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara, artinya pemerintah dapat meningkatkan atau menurunkan pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional. Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
- Anggaran
Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif. - Anggaran
Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. - Anggaran
Berimbang (Balanced Budget) Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik
anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan
disiplin.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau Bank Central yang berhubungan dengan jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga. Di dalam kebijakan moneter hal yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu adalah menahan inflasi, dan mendorong usaha pembangunan nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank Sentral dengan cara langsung atau tidak langsung.
- Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
- Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.
Dari berbagai uraian diatas mengenai macam dan sebab, serta cara menanggulangi inflasi, kita telah memahami bahwa inflasi pada tingkat yang rendah akan berfungsi mendorong perkembangan perekonomian, sedangkan inflasi pada laju yang tinggi justru akan menghambat perkembangan perekonomian. Inflasi dapat disebabkan oleh tarikan permintaan yang biasanya timbul karena meningkatnya anggaran deficit pemerintah, dan dapat pula dikarenakan oleh meningkatnya biaya produksi karena desakan kenaikan upah tenaga kerja oleh para organisasi buruh.
Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat inflasi ditekan, tingkat pengangguran meningkat; sebaliknya bila tingkat pengangguran ditekan tingkat inflasi akan menjadi lebih cepat; padahal kedua keadaan itu sama-sama tidak menyenangkan bagi masyarakat.
Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi karena akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan alternative lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun dibarengi dengan tingkat pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu.
Jadi sebaikanya Pemerintah harus mengatasi masalah pengangguran dan inflasi di negara ini agar tidak ada pengangguran yang bertambah semakin banyak. Dengan cara Menyediakan lowongan pekerjaan, Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, Memperbaiki pembagian pendapatan, Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga, Menghindari masalah kejahatan dan Mewujudkan kestabilan politik. Dengan cara ini pemerintah dapat mengatasi masalah pengangguran walaupun hanya sebagian saja
menang berapapun di bayar
ReplyDeleteayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
WA : +85587781483