Search This Blog

Tuesday, December 22, 2020

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori perilaku konsumen akan menerangkan : (1) mengapa para konsumen akan membeli lebih banyak barang pada harga yang rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, dan (2) bagaimanakah seorang konsumen menentukan jumlah dan kombinasi barang yang akan dibeli dari pendapatannya.

Terdapat dua pendekatan dalam teori perilaku konsumen , yaitu :

a) Pendekatan utiliti (nilaiguna) kardinal atau Marginal Utility : bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utiliti) setiap konsumen dapat diukur dengan uangatau dengan satuan lain ( utiliti yang bersifat kardinal) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan, atau berat sekarung beras.

b) Pendekatan utiliti ordinal atau kurve kepuasan sama (Indifference Curve) : bertitik tolak pada anggapan bahwa tingkat kepuasan konsumen dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah ( utiliti yang bersifat ordinal).

Pendekatan Marginal Utility

Utiliti atau nilai guna adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang-barang. Untuk menjelaskan perilaku konsumen dalam memenuhi kepuasannya digunakan anggapan :

a) Utiliti dapat diukur dengan uang atau satuan lain.

b) Berlaku hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu : semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap tambahan yang dikonsumsikan akan menurun.

c) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum. Atas dasar anggapan ini, selanjutnya kita harus memperhatikan perbedaan antara total utility dan marginal utility. Total utility adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan marginal utility adalah pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dari pertambahan (atau pengurangan) dari konsumsi satu unit barang tertentu. Untuk lebih jelasnya, dapat disimak tabel 4.1 dan kurva pada Gb.4.1.a dan 4.1.b

 


 


Dari tabel dan kurve tersebut nampak bahwa pada mulanya total utility menaik dengan bertambahnya jumlah mangga yang dimakan, namun setelah sejumlah konsumsi tertentu ( dalam hal ini setelah konsumsi mangga ke-8) total utility tersebut menurun. Bagaimana dengan marginal utilitynya? Marginal utility nampak terus menurun setiap terjadi tambahan konsumsi satu buah mangga dan setelah konsumsi mangga ke-8 marginal utility menjadi negatif. Hal ini mencerminkan adanya hukum marginal utility yang semakin menurun (the law of diminishing marginal utility). Dengan demikian, secara umum dapat diartikan bahwa semakin banyak barang tertentu dikonsumsi, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang yang terakhir dikonsumsikan.

Memaksimumkan Utiliti/Nilaiguna/Kepuasan
Untuk kasus konsumsi satu jenis barang, tidak sukar untuk menentukan pada tingkat konsumsi berapa utiliti maksimum akan dicapai, yaitu pada waktu total utiliti mencapai maksimum. Dalam kasus seperti pada Tabel 4.1 atau Gb.4.1, utiliti maksimum dicapai pada waktu mengkonsumsi mangga ke-8.
Jika tabel atau kurva total utiliti diatas dirumuskan dalam bentuk matematis, maka dapat ditulis : U = f(qx), dimana U = total utiliti yang diukur dengan unit uang dan qx = jumlah barang X yang dibeli. Sehingga jika konsumen membeli qx maka pengeluarannya adalah Pxqx. Dengan demikian konsumen akan berusaha memaksimumkan perbedaan antara utiliti dan pengeluarannya ( U-Pxqx). Syarat keharusan untuk memaksimumkan utiliti adalah derivatif parsial dari fungsi utiliti terhadap q sama dengan nol. Jadi :


Ini berarti bahwa jika MUX > PX maka seseorang dapat meningkatkan utilitinya dengan mengkonsumsi barang X yang lebih banyak. Sebaliknya jika MUX < PX maka untuk meningkatkan utilitinya dia harus mengurangi konsumsi barang X tersebut. Perhatikan bahwa karena MUx = Px, maka kurve Marginal Utiliti tidak lain adalah kurve permintaan konsumen, yang menunjukkan tingkat pembelian barang pada berbagai tingkat harga.
Untuk kasus konsumsi beberapa jenis barang, dimana harga masing-masing barang tersebut berbeda, maka untuk memperoleh utiliti maksimum diperlukan
syarat :

Persamaan ini juga disebut sebagai syarat keseimbangan/ekuilibrium
konsumen.

Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (penghasilan atau “budget”) yang cukup untuk dibelanjakan setiap barang sampai marginal utiliti setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.

Pendekatan Kurve Kepuasan Sama ( Indifference Curve)
Pendekatan marginal utility, dinilai mempunyai kelemahan, karena menganggap nilai utiliti/kepuasan dapat diukur dengan angka-angka. Kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah diukur sehingga tidak mungkin diukur dengan angka. Untuk menghindari kelemahan itu Sir John R. Hicks mengembangkan pendekatan baru, yang dikenal dengan pendekatan kurve kepuasan sama (Indifference Curve).

Dalam pendekatan ini digunakan anggapan:
(a) konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang-barang konsumsi (misalnya barang X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk peta kurve kepuasan sama ( Indifference Curve Map) atau kumpulan dari kurve kepuasan sama;
(b) konsumen mempunyai jumlah uang tertentu (= pendapatan tertentu) ; dan
(c) konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum

Menurut Koutsoyiannis (1985:17), asumsi untuk teori indifference-curves adalah :
1). Rasionalitas . Konsumen diasumsikan rasional : ia berusaha memaksimumkan utilitinya, berdasarkan pendapatannya dan harga pasar tertentu. Ia juga diasumsikan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang semua informasi yang relevan.
2). Utiliti adalah ordinal. Konsumen dianggap dapat menyusun secara urut (rank) pilihan-pilihannya terhadap berbagai kelompok barang (basket’s of goods) berdasarkan tingkat kepuasan setiap kelompok.
3). Tingkat substitusi marginal yang menurun ( diminishing marginal rate of substitution). Pilihan-pilihan (preferences) disusun dalam bentuk kurve indiferen, yang diasumsikan cembung (convex) pada titik origin. Hal ini menunjukkan bahwa slope kurve indiferen adalah menaik. Slope kurve indiferen ini disebut tingkat substitusi marginal dari suatu komoditi. Teori kurve indiferen didasarkan pada aksioma ini.
4). Total utiliti tergantung pada kuantitas komoditi yang dikonsumsi. Secara matematis ditulis: U =f(q1 ,q2 ,q3, ……, qn).
5). Konsintensi dan transitivitas dalam pilihan. Konsumen diasumsikan dalam pilihannya, yaitu, jika pada suatu waktu ia memilih kelompok barang A dari pada kelompok B, ia tidak akan memilih kelompok barang B dari pada kelompok A pada saat yang lain. Asumsi konsistensi dapat ditulis dengan simbol: Jika A>B, maka B > A. Sifat transitivitas : jika A lebih disukai dari pada B, dan B lebih disukai dari pada C, maka A lebih disuaki dari pada C. Asumsi ini dapat ditulis dengan simbol: Jika A>B, dan B>C, maka A>C

Kurve Kepuasan Sama
Kurve kepuasan sama adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi dua jenis barang yang dikonsumsi yang memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen. Oleh karena itu untuk menggambarkan kurve kepuasan sama perlu dianggap bahwa seorang konsumen hanya mengkonsumsi dua jenis barang. Sebagai contoh, seorang konsumen dalam rangka memaksimumkan kepuasannya, membeli atau mengkonsumsi bahan makanan dan pakaian, dengan berbagai kombinasi seperti pada tabel 4.2 berikut.


Tabel 4.2. menunjukkan terdapat enam kombinasi antara makanan dan pakaian yang memberikan tingkat kepuasan sama kepada komsumen. Artinya, kombinasi 10 makanan dan 2 pakaian akan memberikan kepuasan yang sama dengan kombinasi 7 makanan dan 3 pakaian atau 5 makanan dan 4 pakaian atau kombinasi lainnya.
Berdasarkan data pada tabel 4.2. tersebut dapat dibuat kurve kepuasan sama seperti pada Gb. 4.2 berikut.


Secara matematis, kurve kepuasan sama dapat ditulis : U = f (X,Y) = k, dimana k adalah tetap (constant) dan U = f (X,Y) adalah fungsi total utility.
Tingkat Substitusi Marginal (Marginal Rate of Substitution)
Tingkat substitusi marginal adalah besarnya pengorbanan/pengurangan jumlah konsumsi barang yang satu untuk menaikkan konsumsi satu satuan barang lainnya, dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasannya. Sebagai contoh, dalam Tabel 4.2, untuk perubahan kombinasi A ke B, memiliki tingkat substitusi marginal tiga , artinya perubahan tersebut memerlukan pengorbanan tiga unit makanan untuk menaikkan konsumsi satu unit pakaian. Untuk perubahan kombinasi E ke F, memiliki tingkat substitusi marginal 0,27 ; artinya perubahan tersebut hanya memerlukan 0,27 unit makanan untuk menaikkan konsumsi satu unit pakaian.
Tingkat substitusi marginal yang semakin kecil, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 tersebut, mengandung arti sebagai berikut:
a. ketika konsumen mempunyai barang Y relatif banyak dan barang X relatif sedikit maka untuk menaikkan konsumsi satu unit barang X diperlukan pengorbanan atau pengurangan konsumsi barang Y yang banyak; akan tetapi
b. semakin banyak barang X yang telah diperoleh, semakin sedikit pengorbanan barang Y untuk memperoleh tambahan satu unit barang X berikutnya. Sebagai akibat dari tingkat substitusi marginal yang semakin kecil tersebut kurve kepuasan sama berbentuk cembung ke titik origin.
Secara matematis, tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) dari X untuk Y (MRSxy) adalah -dY/dX , artinya jumlah komoditi Y yang harus diberikan ( dikurangi) jika ditambahkan satu unit komoditi X agar tingkat kepuasan tetap sama. MRSxy tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut. 
Dari fungsi U = f(X,Y) , diperoleh dU = (dU/dX) dX + (dU/dY) dY = (MUx)dX + (MUY)dY.
Untuk kurve kepuasan sama (dU = 0), maka (MUx) dX + (MUy) dY = 0 atau (MUx) dX = - (MUy) dY atau MUx/MUy = - dY/dX. Tingkat substitusi marginal bertanda negatif (slope negatif) menunjukkan bahwa kurve kepuasan sama memiliki ciri turun dari kiri atas ke kanan bawah.

Peta Kurve Kepuasan Sama ( Indifference Curves Map)
Peta kurve kepuasa sama adalah sekumpulan kurve kepuasan sama. Kurve yang lebih tinggi menggambarkan tingkat kepuasan yang lebih besar, sebaliknya kurve yang lebih rendah menggambarkan tingkat kepuasan yang lebih kecil ( lihat Gb. 4.3 ).


Garis Anggaran Pengeluaran Konsumen ( Budget Constrain)
Konsumen di dalam mengkonsumsi barang-barang untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimum dibatasi oleh jumlah penghasilan konsumen yang bersangkutan. Dengan demikian persoalan yang dihadapi konsumen adalah menentukan berapa banyak masing-masing barang harus dikonsumsi atau dibeli dengan penghasilannya, sehingga diperoleh tingkat kepuasan yang maksimum.
Untuk analisis ini tidak cukup hanya dengan kurve kepuasan sama. Namun, perlu diketahui garis anggaran pengeluaran konsumen. Garis anggaran pengeluaran adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi barang-barang yang dapat dibeli dengan sejumlah penghasilan tertentu.
Seperti halnya ketika membuat kurve kepuasan sama, membuat garis anggaran juga dengan menganggap bahwa konsumen hanya mengkonsumsi dua jenis barang, misalnya barang Y dan X ( lihat Gb. 4.4).


Misalnya, total penghasilan konsumen sebesar M. Dengan uang sebesar M tersebut konsumen dapat membelanjakan semuanya untuk barang Y sehingga memperoleh barang sebanyak M/PY , atau membelanjakannya semua untuk barang X sehingga memperoleh barang sebanyak M/PX, atau bisa juga membelanjakannya untuk berbagai kemungkinan kombinasi Y dan X seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M/PY dan M/PX.


Garis anggaran tersebut akan berubah apabila terjadi perubahan penghasilan dan atau harga barang. Pengaruh perubahan penghasilan dan harga barang terhadap garis anggaran dapat dijelaskan melalui Gb. 4.5. berikut



Apabila terjadi perubahan harga salah satu barang, maka garis anggaran akan berayun ke atas atau ke bawah. Misal, harga barang X naik sedangkan harga barang Y dan penghasilan (M) tidak berubah maka garis anggaran akan berayun ke bawah. Jika harga barang X turun sedangkan harga Y dan penghasilan (M) tidak berubah maka garis anggaran berayun ke atas ( lihat Gb. 4.5.a). Apabila harga barang Y dan X berubah secara proporsional maka garis anggaran akan bergeser sejajar.
Apabila terjadi perubahan penghasilan sedangkan harga barang tidak berubah, maka perubahan garis anggaran akan digambarkan oleh pergeseran sejajar ke bawah atau ke atas. Bergeser ke atas jika terjadi kenaikan penghasilanan sebaliknya akan bergeser ke bawah jika terjadi penurunan penghasilan ( lihat Gb. 4.5.b).

Memaksimumkan Kepuasan Konsumen
Tingkat kepuasan konsumen maksimum dicapai pada konsumsi kombinasi barang Y dan X yang terletak pada titik singgung antara garis anggaran dan kurve kepuasan sama dari konsumen yang bersangkutan ( lihat Gb. 4.6).



Titik E adalah titik keseimbangan konsumen yang menunjukkan kombinasi barang Y
dan X yang memberikan kepuasan maksimum kepada konsumen, yaitu terdiri dari
barang Y* dan X*.

Efek Pendapatan dan Efek Substitusi
Keunggulan pendekatan kurve kepuasan sama dibanding dengan pendekatan marginal utiliti adalah bahwa pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta dapat dipecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan ( income effect). Efek substitusi adalah kenaikan jumlah barang yang dibeli karena penurunan harga barang tersebut, setelah dilakukan penyesuaian pendapatan sehingga daya beli riel konsumen sama dengan sebelumnya. Efek pendapatan adalah kenaikan jumlah barang yang dibeli dari kenaikan pendapatan riel akibat penurunan harga barang tersebut. Secara grafis, efek substitusi dan efek pendapatan tersebut dapat dijelaskan melalui Gb. 4.7 berikut. Pada Gb. 4.7 terlihat bahwa dengan garis anggaran AB, kepuasan maksimum dicapai apabila konsumen membelanjakan penghasilannya sebanyak OY1 barang Y dan OX1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan indifference curve, yaitu pada titik E.


Sekarang bila terjadi penurunan harga barang X, dari Px menjadi Px1 sedangkan harga Y tetap maka budget line akan berayun ke kanan menjadi AC.
Titik keseimbangan yang baru adalah titik F. Jadi, dengan penurunan harga barang X, jumlah barang X yang diminta naik dari 0X1 menjadi 0X3. 0X3 ini adalah efek total dari perubahan harga dari Px menjadi Px1. Efek total dapat dipecah menjadi efek substitusi, yaitu X1X2 dan efek pendapatan, yaitu X2X3. Dalam contoh ini, efek substitusi adalah kenaikan konsumsi X karena adanya substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif lebih murah dari pada harga Y. Efek pendapatan adalah kenaikan konsumsi X yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan riel karena turunnya harga X.

Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan kepuasan total (total utility) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya untuk memperoleh sejumlah barang tersebut.
Konsep ini dapat dijelaskan dengan gambar 4.8 berikut. Menurut pendekatan Marginal Utility, kurve permintaan adalah kurve Marginal utility yang dinilai dengan uang. Jadi luas 0ABD adalah total utility yang diperoleh konsumen dari konsumsi barang X sebanyak 0A. Pengorbanan totalnya adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh barang X sebanyak OA, yaitu OA kali harga OPx atau luas OPxBA. Surplus konsumen adalah selisih antara AOBD dengan OPxBA, yaitu PxDB.

D. Daftar Pustaka

Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis PIE No. 1, BPFE, Yogyakarta
Nicholson, Walter. 1999. Teori Mikroekonomi. Alih bahasa: Daniel Wirajaya, Edisi ke-5, Binarupa Aksara, Jakarta.
Mankiw, Gregory, N. 2006, Principles of Economics. Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta
Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Mikroekonomi. Cetakan ke-15, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

















No comments:

Post a Comment

SOAL UAS GENAP EKONOMI MAKRO

Kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan Inflasi dan pengangguran? Jawaban Pengangguran dan inflasi merupakaan permasalahan ekonomi...